Tak jauh dari pusat pemerintahan Balai Desa Banjarsari, Samigaluh, Kulon Progo, berdiri satu bangunan bersejarah yang dapat dikunjungi sebagai tempat wisata edukatif sekaligus lokasi yang dapat digunakan untuk napak tilas perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan Indonesia. Rumah eks perjuangan pahlawan T.B. ini berada di wilayah yang cukup terpencil dan jauh dari permukiman warga sehingga sedikit sulit ditemui apabila tidak bertanya pada warga setempat.
Rumah eks perjuangan T.B. Simatupang bergaya arsitektur tradisonal. Hal ini dapat dilihat dari bentuk rumah yang memiliki atap berbentuk joglo. Sepanjang riwayatnya, rumah eks perjuangan T.B. Simatupang ini pernah digunakan sebagai Markas Besar Komando Djawa (MBKD) oleh wakil II KSAP Kolonel Tani Bonar (T.B.) Simatupang  pada perang gerilya melawan agresi militer Belanda II pada tahun 1948.
Letjen Purnawirawan dari Sumatera Utara ini lahir di Sidikalang pada tanggal 28 Januari 1920. Kiprahnya di sektor militer menjadikannya sebagai salah satu konseptor peletak dasar-dasar kemiliteran. Selain itu, T.B. Simatupang juga memiliki perjalanan diplomatis dengan menjadi delegasi Indonesia pada Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda. T. B. Simatupang menjadi perwira muda setelah dirirnya lulusdari Koninklijke Militaire Academie (KMA) di Bandung.
Pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan, Simatupang ikut serta dalam perjuangan melawan kolonialisme Belanda. Ia pun diangkat menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Perang RI (1948-1949). Ia turut bergerilya bersama Panglima Besar TNI Jenderal Sudirman melawan pasukan Belanda, karena tidak banyak perwira yang dapat memahami persoalan ini.
Oleh karena itu, T.B. Simatupang dipercayai sedemikian rupa karena keahliannya dalam menyusun strategi perang. Salah satu yang menjadi inisiasinya yakni teknik bergerilya (perang yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, penuh kecepatan, sabotase dan biasanya dalam kelompok yang kecil tapi sangat fokus dan efektif).
Â
Awal Mula Dijadikan Tempat Gerilya
Secara administratif markas gerilya T.B. Simatupang terletak di Dusun Banaran, Desa Banjarsari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Markas T.B. Simatupang pada masa Perang Kemerdekaan II (1948 – 1949) berada di rumah Karyo Utomo, seorang Kepala Dusun Banaran.
Pemilik asli rumah ini adalah Karyo Utomo
Di markas tersebut dilakukan pembahasan kondisi perang dan berbagai informasi dari radiogram, surat kabar, dan berita dari radio. Di dekat Sungai Tinalih tidak jauh dari markas itu ada tempat pemancar untuk menyiarkan komunike-komunike dari bagian penerangan staf angkatan perang, dan sebagai komandan aktivitas tersebut adalah MT. Haryono.
Menurut Kepala Padukuhan setempat, awal mula rumah Karyo Utomo tersebut adalah ketika T.B. Simatupang berada di Yogyakarta dan menemukan suatu daerah yang potensial untuk melakukan gerilya. Lokasi dari rumah Karyo Utomo (seorang Kepala Padukuhan pertama di Dusun Banaran) sangat stategis karena tertutup pepohonan rindang, jauh dari permukiman warga, dan tidak mudah ditemukan oleh musuh. Oleh karena itu T.B. Simatupang pun memohon izin untuk tinggal dan menggunakannya sebagai tempat berdiskusi mengenai strategi perang bersama rekan-rekan serdadunya yang lain.
Adapun dikutip dari lamam resmi Kemendikbud, Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi D.I. Yogyakarta memaparkan bahwa rumah markas ini telah banyak langkah yang diambil oleh Kolonel T.B. Simatupang beserta jajarannya. Selain rapat berkenaan dengan strategi militer ditempat ini juga diadakan pelatihan kemiliteran kepada pemuda setempat dan menjelaskan situasi gerilya kepada warga desa. Sinergi antara tentara dan rakyat membuat perjuangan mempertahankan kemerdekaan menjadi lebih mudah dalam hal ini kemerdekaan yang dicapai Republik Indonesia tidak lepas dari sumbangsih rakyat.
Â
Detail Rumah T. B Simatupang
Bangunan tersebut berbahan anyaman bambu dengan atap menggunakan genting tanah liat, keluasan bangunan kurang lebih 100 mÂ⊃2;. Bangunan rumah ini menghadap ke arah selatan berbentuk rumah tradisional Jawa yaitu joglo. Rumah eks perjuangan T.B. Simatupang bergaya arsitektur tradisonal. Hal ini dapat dilihat dari bentuk rumah yang memiliki atap berbentuk joglo.
Secara umum, bangunan asli terdiri atas 2 buah joglo yaitu Joglo di depan sebagai Pendapa dan Joglo di belakang sebagai Dalem Ageng yang dihubungkan dengan Pringgitan, serta sebuah bangunan dengan atap limasan pada sisi timur yang dipergunakan sebagai dapur. Pada Dalem Ageng terdapat 3 Senthong, dimana 2 Senthong yaitu Senthong kanan dan Senthong tengah pernah digunakan oleh Jend. T.B. Simatupang.
Kondisi Dapur Saat Ini
Selain itu, terdapat juga meja yang pernah digunakan oleh T.B. Simatupang selama masa karir militernya. Beberapa foto-foto T.B. Simatupang dan buku-buku referensi terkait perjuangan, perjalanan, dan biografi juga tersimpan di salah satu lemari untuk dibaca pengunjung yang mencari referensi mengenai riwayat hidup pahlawan kemerdekaan ini. Selain menghadap ke arah selatan, di samping bangunan tersebut juga terdapat Monumen Senapati yang memiliki filosofi sebagai simbol persandian negara.
Salah Satu Foto Potongan Kisah Hidup T.B. Simatupang
Â
Upaya Pelestarian dan Acara Rutin Desa Banjarsari
Sejauh ini, Rumah Markas Besar Komando Djawa Kolonel T.B. Â Simatupang ini sudah pernah direkonstruksi melalui proyek pelestarian cagar budaya dengan dana istimewa yang dianggarkan oleh Pemerintah DI Yogyakarta. Selain upaya rekonstruksi dan pemeliharaan secara rutin oleh pemerintah, rumah ini juga menjadi tempat beberapa kegiatan warga dari Desa Banjarsari seperti acara peringatan hari kemerdekaan setiap malam 17 Agustus dengan doa bersama.
Selain itu, halaman dari rumah T.B. Simatupang yang luas dan rindang juga kerap dimanfaatkan oleh mahasiswa KKN dari berbagai universitas di Yogyakarta yang bermukim di Dusun Banaran untuk melakukan pelaksanaan kegiatan program kerja yang melibatkan banyak orang sehingga tempat tersebut tidak hanya bermanfaat untuk warga setempat tetapi juga penduduk dari luar Dusun Banaran.
Saat ini, rumah T.B. Simatupang dijaga dan dibersihkan secara berkala oleh setiap Kepala Padukuhan dari Dusun Banaran yang menjabat sehingga siapa saja yang ingin berkunjung ke sana dapat sekaligus mendatangi kepada Kepala Padukuhan untuk menjalin silaturahmi dan bertanya mengenai kegiatan rutin warga yang masih terselenggara di bangunan bersejarah tersebut.
Â
Oleh Fara Ramadanti
KKN-PPM UGM Periode 4
Tahun 2023-2024